Titik Mula Bitcoin
Pada dasarnya, Bitcoin dibuat untuk menanggapi krisis ekonomi global yang terjadi pada 2007-2008 karena runtuhnya salah satu bank investasi di AS dengan kebanyakan kasus kredit macet pada sektor properti yang juga dikenal sebagai subprime mortgage.
Sebuah whitepaper yang berjudul ‘Bitcoin: A Peer to Peer Electronic Cash System’ mulai diumumkan pertama kali pada 31 Oktober 2008 lalu oleh individu atau sekelompok orang yang menyebut dirinya Satoshi Nakamoto dengan tujuan menjelaskan sistem pembayaran elektronik baru yang terdesentralisasi atau tidak berpusat dan dikelola oleh suatu instansi tertentu.
Transaksi pertama Bitcoin diyakini terjadi di 12 Januari 2009 antara Nakamoto dengan Hal Finney, seorang kriptografer yang menerima sekitar 50 BTC sebagai tes uji coba, kemudian saat itu Finney juga banyak melaporkan bug melalui alamat surel Nakamoto. Hal ini dapat terjadi karena Finney diduga sebagai salah satu kriptografer yang dikagumi oleh Nakamoto sehingga dia adalah orang pertama yang membaca pengumuman Bitcoin dan tertarik untuk terlibat. Kemudian, Bitcoin pertama kali resmi menjadi alat transaksi jual beli pada 22 Mei 2010. Saat itu Laszlo Hanyecz yang juga disebut sebagai ‘Bitcoin pizza guy’ telah membeli dua loyang Papa John’s Pizza dengan 10,000 Bitcoin yang dimilikinya atau senilai 3 triliun rupiah (dengan kurs Rp 302 juta per Bitcoin saat artikel ini ditulis).
Cara Kerja Bitcoin Sebagai Aset Terdesentralisasi
Resmi diluncurkan pada 2009, Bitcoin sampai saat ini menjadi salah satu instumen investasi yang banyak diminati masyarakat dan juga pelaku pasar profesional, namun tahukah kamu bahwa Bitcoin sama sekali tidak memiliki bentuk atau denominasi secara fisik? Berjalan di atas konsep anonimitas dan sepenuhnya terdesentralisasi, aset ini bergerak melalui sistem terbuka sehingga siapa pun dapat berkontribusi untuk memeliharanya yang memungkinkan pengguna untuk mengirim dan menerima Bitcoin.
Secara sistematisasi, Bitcoin sebagai mata uang digital beroperasi di atas teknologi yang bernama Block Chain (rantai blok), yang mana setiap terjadinya transaksi pada jaringan Bitcoin akan disimpan dalam sebuah buku besar digital yang dapat mencatat transaksi antara dua pihak secara efisien melalui cara yang dapat diverifikasi dan permanen dengan keunggulan sifatnya yaitu transparan untuk umum.
Untuk dapat mengirim Bitcoin, kamu memerlukan public key dan private key, keduanya merupakan urutan acak dari campuran angka dan huruf yang unik untuk penerima Bitcoin tersebut. Mudahnya, public key dapat diartikan sebagai alamat dompet yang dapat diketahui siapa pun untuk menerima transaksi, lalu private key adalah kunci pribadi yang perlu kamu rahasiakan untuk mengakses dompet Bitcoin milikmu sendiri.
Selanjutnya, ketika Bitcoin dikirim dari satu dompet ke alamat yang lainnya (penerima), rincian informasi menyoal transaksi tersebut akan dimasukkan secara otomatis ke dalam rantai blok untuk divalidasi oleh para penambang, umumnya waktu tunggu untuk setiap proses transaksi adalah sekitar 10 menit. Namun hal ini tergantung kepada biaya transaksi yang diberikan kepada penambang sebagai bentuk insentif dalam menyelesaikan rantai blok untuk memverifikasi transaksi kamu.
Peran dan Cara Kerja Penambang
Bitcoin dapat bekerja hingga saat ini adalah dengan cara menambang, namun konsep ini tidak sama dengan pertambangan pada umumnya, karena siapa pun dapat melakukannya cukup dengan perangkat tertentu dengan daya komputasi yang tinggi.
Nakamoto menerapkan konsep Proof of Work pada Bitcoin sebagai upaya pencegahan terhadap berbagai macam serangan siber yang dapat terjadi kapan saja pada masa depan, mengingat bahwa Bitcoin adalah aset yang terdesentralisasi, maka metode insentifitas ini cukup membantu sistem jaringan agar tetap terjaga dengan tetap memotivasi komunitas penambang agar konsisten.
Seperti yang disebutkan di atas, penambang berkontribusi dalam memelihara jaringan Bitcoin dengan memverifikasi banyak transaksi pengguna dari seluruh penjuru dunia tanpa mengenali identitas atas kepemilkan Bitcoin dari suatu alamat dompet. Namun, menjadi penambang Bitcoin adalah satu hal yang cukup kompetitif. Karena setiap 10 menit, blok informasi terbaru yang berisi rincian transaksi terkini akan otomatis diperbarui pada jaringan Bitcoin. Hal ini membuat para penambang perlu berlomba untuk menghitung kunci kriptografi dalam kurun waktu terbatas, penambang pertama yang lebih cepat dalam menyelesaikan teka-teki tersebut maka akan mendapatkan imbalan berupa Bitcoin. Akan tetapi, justru dengan lika-liku kerumitan menambang Bitcoin tersebut menjadi bentuk minimalisir peluang pengguna dalam memonopoli daya komputasi pada jaringan.
Memiliki, dan Membeli Bitcoin
Sebagai mata uang digital pada umumnya, sejauh ini Bitcoin menjadi simbol disrupsi industri teknologi dan keuangan terbesar yang pernah terjadi karena anonimitas, transaparansi, serta inovasinya. Lalu, bagaimana cara membeli dan menggunakan Bitcoin jika tidak ada pihak sentral khusus yang mengelolanya?
Untuk sebagian besar awam, kamu pasti bingung ketika mendengar istilah bursa atau exchange, yaitu sebuah platform penukaran satu aset kripto dengan yang lainnya. Namun, sebuah pertukaran hanya akan berperan sebagai sarana transaksi perdangan kripto kamu saja, setelah membeli sejumlah Bitcoin, maka boleh saja kamu memindahkannya ke dompet kripto yang ada pada smartphone kamu sendiri untuk disimpan atau digunakan.
Untuk dapat mengelola Bitcoin kamu sendiri, kamu hanya perlu mendaftar akun pada salah satu exchange lokal yang sudah didukung oleh BAPPEBTI, sebagai contoh yang dapat kamu coba adalah Tokocrypto.
Setelah mendaftar dan melakukan tahap verifikasi level 1, kamu hanya perlu menyetorkan sejumlah rupiah melalui bank sentral yang tersedia di Tokocrypto untuk ditukarkan pada Bitcoin dengan jumlah yang kamu inginkan. Ketika sudah memilikinya, maka kamu berhak untuk menarik Bitcoin tersebut pada dompet kripto yang kamu punya untuk digunakan, atau disimpan.