Beberapa perusahaan farmasi asal China diduga telah melibatkan pembayaran kripto dalam proses mengekspor bahan baku fentanyl yang menyebabkan ribuan kematian di Amerika Serikat.
Fentanyl merupakan obat analgesik opioid yang masuk dalam kategori narkoba golongan 1. Fentanyl berfungsi untuk meredakan rasa sakit yang teramat parah, umumnya digunakan untuk para pasien kanker. Fentanyl memiliki dosis 50 kali lebih kuat dari heroin dan 100 kali lebih kuat dari morfin.
Pertama kali dilaporkan oleh perusahaan analisis blockchain, Elliptic yang mengidentifikasi kepemilikan dompet kripto milik lebih dari 90 perusahaan farmasi China yang memproduksi prekursor fentanyl dengan imbalan mata uang kripto.
Menurut laporannya, perusahaan tersebut telah menerima lebih dari US $27 juta dalam pembayaran kripto untuk memasok obat sintetis tersebut ke AS. Jumlah transaksi tersebut meningkat hampir 450% dari tahun ke tahun.
Menurut Elliptic, mayoritas transaksi dilakukan menggunakan stablecoin USDT dan Bitcoin yang membuat proses pelacakan relatif lebih mudah.
Elliptic menambahkan, bahan baku fentanyl yang diekspor dari China tersebut juga dikemas oleh kartel narkoba Meksiko yang kemudian diedarkan di AS.
Perlu diketahui bahwa China adalah sumber utama fentanyl serta prekursor yang digunakan untuk memproduksinya dan pemerintah telah melarang obat tersebut pada 2019 setelah negosiasi diplomatik dengan Amerika Serikat.
Melansir laporan Center of Disease Control (CDC), lebih dari 70.600 warga AS yang meninggal akibat overdosis yang disebabkan oleh fentanyl pada rata-rata rentang usia antara 18 hingga 45 tahun.
Kementrian Keuangan Amerika Serikat berusaha bertindak tegas untuk memberikan sanksi kepada individu maupun perusahaan farmasi China yang memasok fentanyl ke negaranya pada 14 April.