Dalam upaya untuk menjaga kendali atas pembayaran digital dan mengikuti tren penurunan penggunaan uang tunai, bank-bank sentral di seluruh dunia telah secara aktif mengembangkan versi digital mata uang mereka sendiri untuk penggunaan konsumen. Selain fokus pada pembayaran ritel, beberapa bank juga mempertimbangkan mata uang digital untuk transaksi grosir antar lembaga keuangan.
Lembaga Bank for International Settlements (BIS), yang berperan sebagai bank bagi bank-bank sentral di dunia, baru-baru ini mengungkapkan hasil survei tahun 2022 mengenai mata uang digital bank sentral (CBDC) dan kripto.
Dalam sebuah laporan terbaru yang berjudul “Making Headway”, BIS (Bank for International Settlements) mengungkapkan bahwa sebanyak 93% dari 86 bank yang disurvei terlibat dalam berbagai kegiatan terkait mata uang digital bank sentral (CBDC), dan lebih dari setengahnya sedang melakukan eksperimen nyata atau mengembangkan proyek percontohan.
Hasil survei yang dilakukan pada paruh kedua tahun 2022 juga mengungkapkan bahwa sekitar 18% dari bank yang disurvei berencana untuk menerbitkan mata uang digital bank sentral (CBDC) dalam waktu tiga tahun ke depan. Meskipun angka ini mengalami peningkatan tipis dari sebelumnya (15%), sebanyak 68% responden tetap skeptis dan menyatakan bahwa penerbitan CBDC “tidak mungkin” terjadi dalam waktu dekat.
“Sebuah perbedaan yang jelas telah muncul: dibandingkan dengan tahun lalu, beberapa bank sentral menjadi lebih mungkin untuk menerbitkan CBDC ritel dalam tiga tahun ke depan, sementara yang lain cenderung tidak melakukannya. Pangsa bank sentral yang cenderung memiliki CBDC grosir dalam jangka pendek lebih dari dua kali lipat,” menurut BIS.
Survei menunjukkan bahwa padad tahun 2030 nanti, diperkirakan akan ada sekitar lima belas mata uang digital bank sentral (CBDC) yang dirancang untuk penggunaan konsumen, serta sembilan CBDC yang ditujukan untuk transaksi antar lembaga keuangan.
BIS juga mengamati bahwa kejadian seperti kejatuhan nilai TerraUSD dan FTX yang memiliki dampak yang signifikan pada pasar mata uang kripto, telah meningkatkan minat terhadap mata uang digital bank sentral (CBDC). Volatilitas yang terjadi dalam aset crypto tersebut telah mendorong para pelaku industri untuk mencari alternatif yang lebih stabil dan terpercaya seperti CBDC.
“60% bank sentral mengatakan bahwa munculnya stablecoin dan aset kripto lainnya telah mempercepat pekerjaan mereka di CBDC. Bank-bank sentral ini umumnya lebih mementingkan motivasi yang lebih luas untuk menerbitkan CBDC,” tambah BIS dalam laporannya.
Adopsi mata uang digital bank sentral (CBDC) mencapai tonggak penting dengan empat bank sentral yang telah menerbitkan CBDC ritel langsung. Negara-negara seperti Bahama, Karibia Timur, Jamaika, dan Nigeria telah meluncurkan CBDC mereka sendiri.