Pekan lalu, Meta secara resmi melaporkan pendapatan Q2 yang mengkhawatirkan bagi perusahaan. CEO Mark Zuckerberg mengalami penurunan kekayaan hingga $21,3 miliar sejak 2022. Selain itu, proyek metaverse Reality Labs yang dimiliki oleh Meta mencatat kerugian operasional sebesar $3,7 miliar dolar AS (Rp55,85 triliun) dalam laporan pendapatannya yang terbaru.
Reality Labs mengalami penurunan pendapatan yang cukup signifikan pada kuartal kedua tahun ini. Dalam laporan terbarunya, pendapatan mereka hanya mencapai US$276 juta (sekitar Rp4,13 triliun), mengalami penurunan sebesar US$452 juta dibandingkan dengan kuartal kedua tahun sebelumnya.
Pada sisi lain, pengeluaran Reality Labs menunjukkan kenaikan yang mencapai 23% dari tahun sebelumnya, dengan total nilai mencapai US$4 miliar. Menurut pernyataan Kepala Keuangan Meta, Susan Li, kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, terjadi pengurangan cadangan kerugian Reality Labs di kuartal dua tahun 2022. Selain itu, terjadi pertumbuhan biaya operasional karyawan yang juga berkontribusi pada kenaikan pengeluaran.
Pada tanggal 30 Juni 2023, Reality Labs juga mencatat biaya restrukturisasi sebesar US$705 juta untuk segmen FoA (Future of Augmented) dan US$75 juta untuk segmen RL (Reality Labs).
Dampak dari biaya restrukturisasi tersebut menimbulkan konsekuensi yang signifikan bagi kinerja operasional Meta. Marjin operasi mengalami penurunan sebesar dua poin persentase selama tiga bulan dan tiga poin persentase selama enam bulan periode tersebut.
Tidak hanya itu, laba per saham juga terdampak dengan pengurangan sebesar US$0,25 untuk tiga bulan dan US$0,61 untuk enam bulan periode yang sama. Meskipun demikian, saham Meta berhasil menutup perdagangan pada Rabu (26/7) dengan kenaikan sebesar 1,39%.
Mark Zuckerberg Tetap Optimis Kembangkan Metaverse
Metaverse telah menjadi konsep yang menjanjikan dengan peluang yang sangat besar. Perusahaan-perusahaan telah melihat potensi besar di dalamnya dan berharap untuk meraih keuntungan yang menggiurkan dari kehadirannya. Meskipun begitu, perkembangan metaverse tampaknya belum mencapai ekspektasi yang banyak diharapkan oleh banyak orang.
Meskipun mengalami kerugian besar, CEO Meta, Mark Zuckerberg, tetap optimis tentang potensi metaverse dan kecerdasan buatan (AI). Ia menyatakan bahwa perusahaan masih akan berfokus pada dua gelombang teknologi yang mereka anggap memiliki masa depan cerah, yaitu AI dalam waktu dekat dan metaverse dalam jangka panjang.
Zuckerberg juga telah mengungkapkan rencananya terkait pengembangan usaha media sosialnya. Rencananya termasuk peluncuran versi terbaru perangkat virtual reality (VR), Quest+, yang akan ditawarkan dengan biaya langganan bulanan sebesar $7,99 bagi calon pengguna. Namun, meskipun ada langkah-langkah inovatif seperti ini, tampaknya penjualan keseluruhan perusahaan tidak mengalami dampak positif yang signifikan.
“Kami memiliki rencana pengembangan yang menarik dalam beberapa waktu dengan Llama 2, Threads, Reels, produk AI baru yang sedang dalam proses, dan peluncuran Quest 3 pada musim gugur ini,” kata Mark Zuckerberg.