Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI, sekali lagi menyampaikan dukungannya terhadap ekosistem kripto dalam rilis yang diterbitkan di situs resmi MPR pada tanggal 1 November. Beliau menunjukkan dukungan terhadap inisiatif generasi muda yang tergabung dalam Institut Kripto Nasional (IKN) untuk menciptakan BlackStone Wallet, dompet kripto pertama asal Indonesia.
Dalam pernyataan resminya, ketua MPR yang kerap disapa Bamsoet, mencatat peningkatan adopsi kripto di Indonesia. Merujuk pada data Chainalysis, Indonesia saat ini menempati peringkat ketujuh dalam hal adopsi aset kripto, mengungguli negara-negara seperti Pakistan, Brasil, dan Thailand. Bamsoet menekankan bahwa data tersebut mencerminkan potensi pasar kripto yang sangat besar di Indonesia.
Terlepas dari statusnya yang masih baru, jumlah investor aset kripto telah melampaui investor di pasar modal Indonesia. Data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan bahwa per September, total investor pasar modal mencapai 11,72 juta orang, sementara dalam periode yang sama, total pelanggan kripto mencapai 17,91 juta.
“Sepanjang tahun lalu saja, akumulasi nilai transaksi aset kripto terus tumbuh dengan kapitalisasi yang fantastis, mencapai Rp305 triliun. Jika dikelola dengan baik, sangat mungkin Indonesia menjadi crypto hub di wilayah Asia Tenggara. Di kawasan ini, Indonesia bersaing ketat dengan Vietnam, Filipina, dan Thailand,” jelas Bambang Soesatyo.
Menurutnya, signifikansi pasar kripto di Indonesia dapat diartikan sebagai potensi ekonomi, baik sebagai peluang investasi maupun sumber pemasukan alternatif bagi negara. Selain itu, potensi ini juga dapat dianggap sebagai pendorong untuk mengembangkan ekonomi nasional, yang pada akhirnya akan memperkuat peran Indonesia dalam perekonomian regional.
Maka dari itu, Bamsoet menyatakan dukungan terhadap inisiatif komunitas IKN dalam mengembangkan pasar kripto di Indonesia. Selain menciptakan dompet kripto, IKN juga sedang menggarap proyek mata uang kripto bernama BlackStone Token. Tidak hanya itu, komunitas ini juga sedang aktif mengerjakan proyek stablecoin yang diberi nama Oeang Republik Indonesia (ORI).
“Fenomena kripto sebagai instrumen investasi yang juga bisa menjadi alat transaksi di beberapa negara telah menghadirkan paradigma baru pada sektor keuangan. Kondisi tersebut ditopang oleh perkembangan teknologi digital yang telah merasuk dan semakin berpengaruh pada segenap dimensi kehidupan, menjadi bagian dari arus peradaban yang nyaris tidak terbendung,” tambah Bamsoet.
Selain itu, Bamsoet juga menyoroti peluang Indonesia untuk menjadi pusat kripto, menghadapi kompetisi dengan negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong.